V – From ILOVEU Series

poster6

The 4th series.

Main Cast : Bang Yong Guk – Kwon Yuri

Lentgh : Ficlet

Genre : Angst

Disclaimer : I just own the idea and plot. do not plagiarism

Thanks to banana for awesome poster.

***

Ini bukan komedi, ini bukan kisah klasik. Tapi mengetahui bagaimana masyarakat di sini hidup dan percaya akan keberadaan roh-roh, sangat lucu dan aneh buatku. Maksudku, aku rasa aku melihat angka 2013 pada sebuah kalender. Dan itu terpajang di dinding setiap rumah sejak 8 bulan yang lalu. Tapi semua orang bertindak seakan-akan mereka berada pada jaman edo. Klasik, nyentrik.

Aku memang bukan penduduk asli Hokkaido –salah satu pulau terbesar di Jepang. Aku warga korea asli dan betapa bahagianya aku bisa terdampar di sini karena pekerjaanku sebagai dokter. Aku tidak punya sanak dan saudara, aku juga masih belum pulih sepenuhnya dari kecelakaan hebat yang terjadi padaku beberapa tahun lalu. Aku adalah penderita amnesia permanen. Aku tidak bisa mengingat apapun selain namaku. Aku tidak tahu seperti apa kehidupanku sebelum kecelakaan, aku tidak tahu siapa keluargaku dan aku tidak tahu tepatnya pada tanggal berapa aku dilahirkan.

Aku dipungut dan diasuh oleh sebuah yayasan yang merasa iba karena kecelakaan itu. Dan selanjutnya, mereka menyekoahkan aku sampai aku bergelar dokter.

Rasa sosial ku, cukup tinggi. Aku bahkan ada di sini saat ini, di Hokkaido. Jauh dari tempat asalku. Semata hanya karena seorang teman lama membutuhkan tenaga bantuan medis di daerah pedalaman.

Di sinilah aku.

“Sepertinya kau baik-baik saja. Tidak ada yang salah dengan kesehatanmu, Nona.” Aku melipat kembali stetoskopku. Kutatap wanita muda di depanku. Dia terlihat ketakutan setelah aku menyelesaikan kalimatku.

“Apa kau yakin aku tidak sakit apapun, dokter?” Aku menggeleng.

“Pasti ini pekerjaan para roh jahat. Kemarin aku lupa tidak berdoa untuk mereka.”

Aku hampir tenggelam di dalam tawaku. Tapi aku memilih menahannya, sangat tidak sopan untukku jika menertawai apa yang menjadi kepercayaan mereka.

“Bisa jadi…” tambahku berbohong, “…mungkin kau juga harus sering-sering mengajak mereka bicara agar kau tidak terkena kutukan.” Di akhir kalimatku, aku mencoba membalikkan badan, menertawai kalimatku sendiri.

Nona muda itu menundukkan kepalanya kemudian menggeleng.

“Tidak dokter, roh-roh tidak akan pernah berbicara. Ibuku bilang bahwa roh-roh hanya bisa bicara 3 kata saja jika ia bertemu manusia. Itupun roh-roh tersebut memilih manusia mana yang ia inginkan untuk mendengar 3 kata itu.”

Aku mengangguk berpura-pura mengerti. Aku menahan rasa geli di perutku sebisa mungkin. Setelah wanita itu pergi, aku lemas. Perutku benar-benar tergelitik.

Aku keluar dari tenda sementara -tempat pengobatan itu. Aku tidak memiliki kantor karena aku dijadwalkan akan kembali ke Korea seminggu dari sekarang. Membangun bangunan semi permanen akan membuang-buang tenaga,waktu dan biaya.

Di detik selanjutnya, Aku menutup tenda itu. Sebenarnya aku tidak perlu menutupnya karena siapa yang akan mencuri stetoskop dan obat-obatan dengan bau tidak sedap di dalam sana.

Aku berjalan melalu sebuah jalan setapak. Hari sudah senja, dan semua orang sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Ini yang lagi-lagi menjadi perbedaan mendasar dari penduduk daerah ini dan tempat tinggalku. Mereka akan bergegas masuk ke dalam rumah sebelum senja. Mereka mengatakan bahwa roh-roh akan berkeliaran ketika matahari sudah tenggelam.

Aku pendatang, dan aku tidak percaya.

Aku berjalan menyusuri jalan setapak dengan dedaunan liar di sisi kanan dan kiri jalan. Terkadang aku menoleh ke belakang untuk memastikan suara apa yang baru saja kudengar. Ketika aku hanya menemukan binatang malam, aku hanya akan berjalan kembali.

Bruk.

Kudengar suara debaman cukup keras di belakangku. Tidak mungkin ada katak meloncat dengan suara keras seperti ini. Aku kira itu salah satu dari suara dahan pohon yang terjatuh, sehingga aku berbalik. Kutatap seorang wanita dengan gaun putih panjang dan rambut sebatas punggung terjerembab di atas tanah. Aku berlari ke arahnya dan mencoba menggapai tangannya. Namun tubuh wanita itu tidak dapat kuraih.

Dia transparan. Aku baru menyadari ini di detik selanjutnya.

Aku mundur beberapa langkah ketika wanita itu menggeliat lemah. Perlahan tapi pasti, ia berdiri. Oh salahku, bukan berdiri… tepatnya, dia melayang.

Wajahya sangat cantik dan menawan. Dia tersenyum padaku dan aku tidak membalas senyumannya walau aku ingin. Bibirku membatu, masih dengan kekagetan luar biasa. Ia terbang ke arahku dan mengulurkan tangannya tepat di depanku. Aku bergidik ngeri. Bulu romaku berdiri.

Tanganku bergetar, namun aku membalas uluran tangannya. Secara teori, kami berjabat tangan. tapi secara teknis, aku hanya meraih sebuah hologram dan udara kosong pada tubuh trasnparan itu.

Gadis itu tidak mengatakan apapun, namun secara refleks… aku mengatakan namaku.

“A-Aku… Bang Yong Guk.”

-oOo-

3 Hari setelah pertemuan anehku dengan hantu wanita muda. Dia cantik, dia menawan dan dia aneh. Maksudku, dia tidak mengatakan apapun sejak pertemuan pertama kami. Ketika aku mengajaknya bicara dia hanya menggeleng dan mengangguk, sesuai dengan inti dari apa pertanyaanku. Jadi aku hanya bisa bertanya kalimat dengan jawaban yes or no padanya.

“Apa kau tidak bosan mengikutiku?” Aku mulai berbicara ketika aku selesai bertugas malam ini. Gadis itu selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Kecuali toilet -tentu saja.

Dia menggeleng. Ia melayang tepat di belakangku kemudian terbang lebih tinggi dan kini berada di depanku. Wajahnya menghadap ke arahku sedangkan ia sekarang terbang dengan mundur.

“Kau mengikutiku kemana aku pergi sedangkan aku tidak tahu kenapa kau melakukan itu padaku. Apa kau senang dengan mengikutiku?”

Gadis itu mengangguk. Aku menghela napasku.

“Baiklah. lakukan sekukamu.”

Aku berjalan mendahuluinya. Dia berbalik dan mengikutiku. Aku menatap langit senja sekilas, burung-burung bergeromobol kembali pada sarangnya. Aku hanya melihat.

-oOo-

“Bang Yong Guk, seseorang akan melahirkan. Bisa kau membantunya?” Aku hampir terjatuh dari tempat dudukku ketika seorang penduduk lokal datang dan meminta bantuanku. Hari ini sudah tengah malam, dan di daerah ini tidak mempunyai dokter jaga.

“Aku bukan seorang bidan.”

“Tapi wanita itu akan mati jika kau tidak membantunya. Air ketubannya sudah beberapa kali pecah, aku takut bayinya susah keluar.”

Aku berpikir, menggigiti bibirku. Sekilas aku melihat pada hantu yang duduk di pojok ruangan, di atas sebuah lemari kayu. Gadis itu hanya menatapku. Aku melihat kembali pada pria yang memohon padaku.

“Baiklah.” Aku mengambil jas dan perlengkapan medis. Aku berlari dengan terburu-buru di belakang pria tadi. Si gadis hantu berada di belakangku, melayang. Aku berlari terlalu cepat hingga kadang kakiku tersandung kayu yang merambat atau kerikil besar.

Aku lupa memakai sepatu, yang kupakai hanyalah alas kaki tipis –bagian dari perlengkapan tidurku. Aku tiba di sebuah gubuk reyot beberapa menit kemudian. Tangisan dan teriakan kuat keluar dari setiap celah gubuk itu. Aku sempat canggung, tapi aku tetap masuk ke sana.

Sekilas aku sempat menoleh ke belakang, gadis hantu ini masih melayang di sana. Untuk pertama kalinya, dia tidak mengikutiku.

-oOo-

Aku mengelap keringat terakhir di dahi dengan sebuah sapu tangan halus. Aku pamit pada pemilik rumah setelah bayi mereka lahir dengan selamat. Sang Ibu sempat berada dalam masa kritis, namun seiring waktu berlalu, ia cukup stabil saat ini.

Aku berjalan dengan kemeja yang basah keringat. Di belakangku gadis hantu itu melayang, ia menundukkan kepalanya.

“sesuatu terjadi padamu?” aku bertanya. Tapi aku lupa bahwa dia adalah hantu yang menyukai kebisuan.

“Apakah hal buruk terjadi padamu?” aku mengoreksi kalimat tanyaku dan gadis itu mengangguk. Aku ingin bertanya apa yang mengganggunya namun aku bingung menyusun pertanyaanku menjadi kalimat tanya dengan jawaban ya atau tidak.

Aku menjinjing peralatan medis dengan tangan kanan. Di tangan kiriku tergantung sapu tangan basah.

“Aku pernah mendengar penduduk di sini bercerita tentang hantu yang hanya bisa berbicara 3 kata ketika ia bertemu manusia. Apakah kau salah satunya?”

Gadis itu berhenti melayang. Aku menunggu jawaban. Dia mengangguk pelan –bias.

“Apakah kau bisa menggunakannya untuk menyebutkan namamu?”

Gadis itu menggeleng cepat. Yakin sekali dia tidak ingin menyebutkan namanya padaku.

“Apakah kau memiliki sesuatu yang akan kau katakan padaku suatu hari nanti?”

Gadis itu mengangguk.

“Bisakah kau mengatakannya sekarang?”

Gadis itu menggeleng.

“Baiklah. aku akan menunggu, tapi aku akan kembali ke korea dalam 2 hari. Apakah kau akan mengikutiku ke sana?”

Gadis itu menggeleng pasti.

“Lalu bagaimana kau akan mengatakannya padaku?”

Gadis itu menggeleng, aku tahu pertanyaanku memiliki jawaban lebih daripada yang seharusnya.

“Apa kau akan mengatakannya sebelum aku kembali ke Korea?” dia menggeleng, aku meneruskan pertanyaanku. “Apakah 3 kata itu sesuatu yang penting untukku?”

Gadis itu mengangguk.

“Baiklah. kuharap kau dapat mengatakannya sebelum aku kembali ke Korea.”

Di akhir kalimatku, kami berjalan. Gadis itu berjalan di belakangku. Dia sudah lebih tenang dari saat proses persalinan yang aku tangani beberapa saat yang lalu.

-oOo-

Hari itu seharusnya panas, tapi hujan rintik-rintik turun. Seharusnya aku menuruti nasihat dari salah seorang penduduk lokal untuk tidak naik gunung hanya untuk mencari tanaman herbal malam ini. Aku terjatuh di bawah sebuah tebing curam. Aku masih hidup, ini yang patut disyukuri. Namun kepalaku berputar. Aku merasa sangat pusing. Aku raba sebuah batu yang menjadi bantal, darah kental berserakan di sana. Membuat kubangan. Kurasa kepalaku pecah atau sesuatu.

Sekilas, hanya sekilas… sebelum aku menutup mataku karena kesakitan, aku melihat gadis hantu itu berdiri di depanku. Ia menangis, namun aku tidak tahu apa yang ia tangisi.

Pandangan mataku semakin kabur. Aku terpejam.

-oOo-

“Kau selingkuh.” Aku berteriak, membanting pintu di depan seorang wanita dengan mata berkaca-kaca.

“Tidak! Kau salah paham, Yongguk. Kau salah paham.” Wanita itu meraih lenganku.

“Cukup, Yuri. Kupikir kau adalah gadis baik-baik. Kupikir kau adalah wanita dengan kehormatan yang tinggi. Aku tidak menyangka kau mengkhianatiku.”

“Aku tidak pernah mengkhianatimu!”

“Foto-foto itu apakah tidak cukup? Kau ini sudah bersuami, Yuri. Aku dan kau sudah kenal cukup lama, kenapa kau masih belum bisa melupakan mantan kekasihmu itu? KENAPA!”

Aku memukulnya. Dia terjatuh dengan bagian depan dada menyentuh tanah lebih dahulu. Aku rasa aku tidak mendorongnya cukup kuat, tapi darah kini keluar dari pangkal pahanya. Menembus gaun putih yang sedang ia kenakan.

“Yongguk… dengarkan aku…” rintih wanita itu. matanya sayu, menahan kesakitan. Aku masih dikuasai amarah. Ia merangkak, memegang kakiku.

“Aku dan dia hanya berteman. Dia dokter dan aku—“

“HENTIKAN ALASANMU!” aku membanting sebuah gelas hingga belingnya berserakan. Salah satu pecahannya mengenai telapak tangan wanita itu.

“Y-Yongguk…” dia merintih. Aku menendang kaki-kaki dari meja dengan kencang. Meja itu rubuh dengan hebat. Segala benda yang ada di atas nya terjatuh ke atas lantai. Dinding bergoyang, terkena dampak resonansi dari tendanganku. Lampu hias yang besar di atas kepala wanita itu juga bergoyang. Aku kira itu adalah bagian akibat tendanganku. Namun aku salah, sebuah gempa kecil terjadi, menggoyangkan tanah dan dataran yang aku pijak.

Aku panik. Untuk gerakan sekilas aku berlari. Gempa itu ternyata semakin besar dalam tiap detik. Seisi rumahku bergetar. Aku melihat ke belakang, kupikir gadis itu sudah pergi dari sana, tapi dia tetap di sana, darahnya keluar dengan hebat. Aku bisa mengatakan bahwa seluruh bagian bawah gaunnya sudah ditutupi dengan merahnya darah.

Aku kembali lagi. Bagaimanapun dia adalah istriku.

Aku membawanya ke dalam pelukanku sementara ia masih merintih kesakitan sambil memegangi perutnya yang datar. Darah semakin banyak keluar dari sana. telapak tangannya juga tidak luput dari darah karena pecahan beling. Aku berada pada lantai 5 saat ini. kami tinggal di apartemen, dan lift tidak berfungsi. Aku membopong tubuh itu dan menuruni tangga darurat dengan cepat bersama para survivor yang lain.

Kakiku terkilir di saat aku hampir sampai pada lantai 2. Aku terjatuh, wanita di atas tanganku terguling. Kemudian kepalaku terbentur keras pada sebuah anak tangga. Aku tidak ingat bagaimana itu terjadi. Jauh di depanku seorang wanita menggeliat kesakitan. Aku mencoba mengumpulkan energi terakhirku untuk merangkak walaupun cairan merah perlahan membasahi tubuhku. Aku dapat menggapai tangannya jika saja gempa itu tidak terjadi sekali lagi. Aku melihat atap mulai runtuh. Aku terjebak.

Gadis itu berteriak kesakitan sambil memegangi perutnya. Dia memandangku, menangis.

“Yuri… k-kita akan… b-baik baik saja…” ucapku terbata. Atap benar-benar runtuh. Salah satu yang paling besar menimpa tubuh gadis itu. ia menjerit. Tubuhnya terjepit. Aku baru saja akan menolong tapi sebuah kayu menimpa kepalaku dengan keras. Aku limbung, perutku mual.

Pandangan mataku kabur, semuanya hitam. Aku tidak lagi melihat cairan merah dan wajah gadis itu. Tapi sayup-sayup, aku bisa mendengar gadis itu bicara.

“Yonguk— aku….aku…”

Tidak jelas apa yang dia katakan, aku… memejamkan mata.

-oOo-

Hujan masih turun, membasahi wajahku. Darah di sekitar batu masih basah, tersapu sedikit dengan air. Aku menggeliat, melihat seorang gadis melayang di depanku.

Aku menatap wajahnya lekat, dia masih menangis.

“Kau… Yuri…” ucapku terbata. Seperangkat ingatanku yang sempat memudar datang dalam sisa-sisa darah yang menderas di bawah kepalaku. Aku mengingat semuanya. Mengingat siapa aku dan gadis itu.

Dia menangis, tapi perlahan ia mengangguk.

Aku mengedarkan pandangan pada daerah bawah jurang ini. Aku juga mengenalnya, dulu daerah ini adalah apartemen besar yang mewah. Aku dilahirkan di sini, Hokkaido. Dan aku sudah menikah… dengan wanita hantu ini.

“Kau… istriku…” Aku terbata. Gadis itu mengangguk, air matanya jatuh di atas wajahku. Bergabung dengan beberapa butir air langit.

“Apa aku akan mati di sini?” aku bertanya padanya di saat darah di belakang kepalaku tersapu air. Gadis itu menggeleng.

“Lalu kenapa kau menangis?”

Gadis itu berjongkok. Ia memeluk lututnya dan melirik padaku. Masih menangis. Kwon Yuri –gadis hantu itu membuat gerakan usapan halus pada rambutku. Tapi aku tidak merasakan apapun. tangannya transparan. Bagaimanapun dia adalah hantu.

“Apa kau menangis karena masa lalu?”

Gadis itu mengangguk pelan. Aku menangkap air mata di pelupuk matanya, inginku hapus air mata itu, namun tanganku tidak dapat bergerak.

“Maafkan aku…” ucapku singkat. gadis itu masih menangis, dan aku tidak bisa menghentikannya. Petir menggelegar dengan hebat, membuat gadis itu ketakutan. Aku ingin sekali memeluknya ketika ia mulai mundur perlahan. Petir menggelegar sekali lagi. dia menggeleng, menatap pada langit sambil menggapai-gapai sesuatu.

Aku tidak bisa melihat dengan siapa wanita itu berinteraksi, tapi dari ekspresinya ia memang sedang berbicara dengan sesuatu di atas langit. Aku tidak dapat mendengar sepatah katapun dari wanita itu. Dia seperti berbicara dalam kebisuan.

Tubuh wanita itu memudar di saat petir berhenti menggelegar. Aku mencoba menggapainya.

“Jangan pergi… Yuri…” ucapku terbata, darah menetes dari dahiku. Gadis itu menggeleng. Ia semakin memudar dan memudar di setiap detik yang berlalu. Yuri tersenyum padaku, tangannya mencoba menggapaiku dari jauh.

Sebuah cahaya menyilaukan muncul tiba-tiba di hadapanku. Gadis itu menangis kembali.

“Kau belum mengatakan apapun padaku, Yuri. jangan pergi..”

Gadis itu tidak bergeming, ia hanya melambai-lambaikan tangannya padaku dan menangis. Di saat petir ketiga menggelegar, tubuh gadis itu sudah tidak terlihat di sana. Aku menggenggam air hujan, tanganku hampa. Kehilangan sesuatu yang paling kuinginkan dalam hidupku.

Setelahnya, aku merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhku. Aku sudah tidak bisa bertahan di sini, aku kedinginan dan terluka. Ditambah hatiku tersayat menjadi kepingan yang lebih lebar. Membuka luka yang sudah mengering.

Sayup-sayup dari jauh, kudengar suara lembut. suara itu bukan obat, tapi dia menyembuhkan sakit rindu yang sedang melanda. Suara itu milik Yuri. Aku pikir dia akan mengatakan sesuatu yang membuat kematianku menjadi sangat berharga.

Tapi suara lembut itu, membuat semua kesalahanku menjadi dosa yang lebih besar.

Dia hanya mengatakan 3 kata padaku, dan aku resmi menjadi pendosa seumur hidupku. Bahkan matipun, aku tidak akan pernah tenang. Dadaku sesak. Air mataku tertahan di pelupuk mata, tenggorokanku tercekat. Aku sudah tidak bisa berpikir.

Gadis itu meninggalkanku dengan perasaan bersalah. Suara lembutnya bagaikan sebuah kutukan.

3 kata itu… kuharap aku tidak pernah mendengarnya.

“Yongguk, Aku Hamil.”

=THE END=

HI !!! HOW IS IT?

hope the ending is good enough~~

62 tanggapan untuk “V – From ILOVEU Series

  1. ini beneran nyesek banget jadi yongguk oppa bininya lagi hamil malah ditinggal gegara dia cemburu terus gempa , eh pas ketemu terus inget malah udah jadi hantu. ya ampuuunnnn nyeseekkkk :'(. eon gimana sih bisa nulis terus ngerangkai kata2 jadi bagus kaya gitu terus ceritanya nyambung eon. aku mau belajar nulis deh eon. oh iya minta pass vibrance part 8 sama 9 boleh eon?. email aku kirananindia@yahoo.com

  2. kak Nyuuun 😦 udah kukira kalau Yuri itu lagi hamil, makanya dia gamau liat proses melahirkan, iya kan? Tapi berita yang harusnya membahagiakan itu malah jadi boomerang buat Yongguk. Kerasa banget rasa bersalahnya, ketika dia lupa ingatan, terus ketemu hantu yang ternyata istrinya yang udah meninggal dan pernah dia fitnah(?) dan sakiti pas si istri lagi hamil. Pasti rasa bersalahnya tuh berpuluh kali lipat(?) T_T tapi itu akhirnya ngegantung, kak… Yongguknya gak mati, kan? Enggak, kan? :””

    Oke, aku lanjut lagi ya~

  3. Aku salut banget deh sama Author…….*tepok tangan*
    Karena setiap aku baca ff Author aku selalu terkagum-kagum sama alur + kata-katanya…….Author memang IS THE BEST *tepok tangan lagi*
    😀

  4. udah mutar otak dari pas yuri jatuh n berdarah trus sblumnya dy sedih gt pas liat orang melahirkan. Nyesek di posisi yongguk. Udah feeling juga yuri bakalan keluarin 3 kata tu dy hamil. Tapi yg lucu n penasaran. Pertama yuri muncul suara debaman keras kan. Yuri dibanting dari langit ya akakak #plakk

  5. oalah, pantesaaann. ternyata yuri hamil toh. pantes aja, waktu ada orang desa yg mau melahirkan si yur enggak mau liat, sama waktu dia bertengkas sama yongguk dia jatuh terus ada darah yg keluar bagian bawah gaunnya. ohh, oke oke oke ngerti kok kak. hehehe

  6. keren kak nyun ternyata 3 kata itu “aku hamil”
    pasti yongguk nyesel banget
    ditunggu cerita lainnya

  7. huhuhu sad ending 😦
    awalnya bingung sama ceritanya tapi pas flashback, jadi ngerti…
    kasian yuri.. huwaaa… yonngguk jahaattt(?)
    ini ffnya keren kak.. keep writing yahh

Tinggalkan Balasan ke YhyeMin_ Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.