[Vignette] Window

Window

W I N D O W

a creepy story by bapkyr

Starring

Kwon Yuri and Althea [OC]

Creepy, suspense, AU, Mystery, Horror

this fic based on a famous urban legend. But the plot is absolutely mine.

.

Sosok itu tak bergerak, bahkan tidak basah kala hujan datang…

.

.

“Menurutmu, kenapa ada wanita muda berkeliaran tengah malam begini di luar rumah Yuri?” Althea bertanya pada seseorang di ujung telepon yang lain. Irisnya terpaku pada pemandangan di kaca jendela rumah besar milik Yuri. Tuan rumah sedang tidak ada dan ia terpaksa menitipkan rumahnya pada satu-satunya tetangga yang paling ia percayai, Althea.

Yuri adalah gadis berdarah campuran Jepang dan Korea. Tidak seperti Althea yang sempat beberapa kali migrasi sebelum akhirnya menempati sebuah rumah di Seoul, Yuri sudah lama sekali berada di daerah tersebut, bahkan sejak ia lahir. Yang membedakannya dengan Althea adalah, Yuri gemar sekali melancong ke luar negeri—karena keluarganya tidak ikut pindah ke Korea.

Sudah dua hari sejak Yuri pergi, Althea-lah yang mengurusi segala sesuatu di rumah besar tersebut. Alasan utama mengapa Yuri memilih Althea sebagai orang yang ia percayai atas kunci rumahnya adalah karena Althea seorang penyayang binatang. Yuri memelihara Pomeranianyang baru dibelinya dua bulan lalu. Ia tidak bisa membawa hewan itu bepergian, namun siapa yang akan menjaganya selama ia pergi?

Alih-alih menitipkan pada tempat penitipan hewan, Yuri lebih suka meminta bantuan Althea yang notabene hidup sendiri di rumahnya.

“Dia hantu?” Ucap suara pria di ujung telepon sembari terkekeh.

“Hush!”

“Bagaimana rupanya?”

“Normal.” Jawab Althea. “Lebih seperti, baik-baik saja.”

Leo—kakak tiri dari Althea—membuat suara berisik di ujung pembicaraan sehingga membuat Thea menjauhkan ponselnya dari telinga. Setelah dengingan usai, Leo mulai menyerukan nama Thea kembali.

“Kau sudah kunci pintu?” Tanya Leo. Thea—begitu ia kerap disapa—mengangguk. Gadis itu buru-buru berkata sebuah ya kecil tatkala ia sadar bahwa Leo tak bisa melihat anggukannya dari ujung sana.

“Kau harus tidur, Thea. Mungkin wanita itu bukan siapa-siapa. Yah, kalau di rumah kita mungkin semacam penjaga keamanan.” Saran Leo. Kedua alis Thea bertaut kemudian berjengit bersamaan. Ia berdecih. “Penjaga keamanan seorang wanita? Cih, yang benar saja. Lagipula terakhir kali aku mengikuti saranmu, kau menjerumuskanku dalam jalanan berhantu!”

Leo tertawa senang.

“Aku menyesal meneleponmu. Ah sudahlah, dah!”

Thea mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Gadis itu meletakkan gagang telepon nirkabel di atas meja kaca. Ia sendiri kini duduk dan mencoba meluruskan kakinya yang pegal-pegal di atas sofa. Sudah banyak sekali yang ia lakukan hari ini. Dari mulai memberi makan anjing Yuri hingga membersihkan debu tebal di dalam gudang bawah tanah (ini juga salah satu yang membuat Yuri mempercayakan rumahnya pada Thea.)

Althea menyalakan televisi melalui sebuah remote. Spongebob Squarepants, acara kesukaannya sedang tayang di sebuah stasiun televisi berbayar. Meski kontennya menyediakan humor, namun Thea tidak tertawa sama sekali. Iris matanya masih saja terpaku pada sosok wanita yang sedang memunggungi rumah Yuri di jendela. Wanita itu mengenakan gaun terusan berwarna kelabu dengan rambut sebahu yang hitam legam.

Ia terus saja berdiri di sana meski tanda-tanda hujan sudah mulai terdengar.

Sebuah guntur akhirnya menyambar di udara, membuat Althea berada dalam puncak penasarannya. Gadis itu memiliki niatan untuk keluar rumah dan menyambangi wanita tadi untuk sekadar bertanya, lantas ia ingat soal kasus pembunuhan yang terjadi belakangan ini di daerah sekitarnya.

“Ah, lebih baik aku tidur saja.”

Thea bergegas mematikan segala perangkat listrik di ruang keluarga dan naik ke atas tangga menuju lantai dua—tempat tidur Yuri. Althea diizinkan tidur di sana sampai Yuri kembali jadi ia tidak sungkan-sungkan untuk menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk tersebut sesegera mungkin.

Guntur, suara guntur berdendang.

Althea menarik selimutnya. Sendirian di rumah besar memang menimbulkan perasaan tak nyaman. Belum lagi setelah guntur tersebut, terdengar suara Pomeranian milik Yuri menggonggong dari rumah kecilnya di halaman depan.

Althea mengintip dari jendela kamarnya. Yang ia lihat adalah kondisi halaman yang sama sejak terakhir ia lihat sore tadi. Tidak ada yang aneh, kecuali tanah yang kemudian basah karena hujan.

Althea bergegas kembali ke kasur. Ia berasumsi bahwa mungkin saja Pomeraniankecil tersebut sedikit terkejut akan suara guntur. Sejemang, ia berpikir akan membawa Pomeranian Yuri masuk ke dalam rumah, namun Yuri sudah berpesan bahwa rumahnya harus bersih dari bulu anjing karena Yuri berencana memboyong kedua orang tuanya dari Jepang yang alergi bulu hewan ke rumahnya. Althea mau tak mau harus rela membiarkan gonggongan tersebut mereda dengan sendirinya.

Thea tak perlu menunggu lama, lima menit setelah ia menyuarakan harapannya dalam hati, gonggongan tersebut terhenti.

“Syukurlah,” gumamnya.

Ia pikir dirinya sudah bisa tertidur pulas, namun tepat saat itu ia mendengar suara deritan demi deritan di lantai satu. Thea menajamkan pendengarannya, bahkan ia rela menahan deru napasnya demi membuktikan ia tak salah dengar. Deritan itu memang ada, asalnya seperti dari ruang keluarga.

Thea mencengkeram selimutnya kuat-kuat. Pikiran negatifnya lantas menguasai seluruh pertahanannya. Ia bergeming sejenak kemudian menggigil ketakutan. Didengarnya suara deritan tersebut sekali lagi, dan ia membayangkan sosok wanita misterius yang tadi dilihatnya di luar jendela. Bagaimana jika suara tadi ditimbulkan oleh wanita tersebut? Bagaimana jika ia pembunuh? Thea terus berasumsi.

Derit dan decitan lagi.

Thea meyakinkan dirinya bahwa semuanya terkunci. Segala celah yang mungkin bisa dilewati manusia, semuanya sudah terkunci di sekeliling rumah itu. Thea tidak perlu meyakinkan ulang dirinya sendiri, karena ia yakin dirinya tidak pernah teledor soal keamanan.

Yah, kecuali kalau yang membuat suara tadi bukan manusia.

Bermodalkan rasa penasaran, gadis itu bangkit dari kasurnya. Ia menarik sebuah senter dari atas meja kecil di dekat saklar lampu kamarnya. Gadis itu tidak berniat menyalakan lampu. Menyalakan lampu sama saja dengan mengundang macan ke sekitar api unggun.

Thea tidak punya rencana apapun, dia membuka pintu kamar dengan sebuah senter di tangan kanan dan sebuah tongkat kasti yang ia ambil dari rak Yuri di dalam kamar (Yuri adalah penggemar olahraga, untungnya.)

Althea berjalan berjingkat-jingkat, meminimalisir suara hingga titik terendah. Ia menuruni tangga dengan hati-hati dan hanya menyoroti senter pada anak tangga yang akan ia pijaki saja. Gadis itu tidak ingin mengundang perhatian sementara derit dan decit masih kerap muncul di ruang keluarga.

Ketika ia sampai di ruang keluarga, gadis itu berjalan pelan. Decitan semakin kencang di telinganya. Althea memejamkan mata hingga kerutan-kerutan kulit di sekitar matanya kini nampak jelas. Ia berjalan merambatkan punggungnya ke tembok sementara tangannya berusaha mencari saklar lampu.

Ckiiiiit…

Suara tersebut semakin jelas. Bahkan Thea merasa ada seseorang yang tengah berada di hadapannya dan mempermainkannya dalam kegelapan. Dirundung ketakutan, gadis itu menyalakan lampunya dan memukulkan tongkatnya ke depan.

Thea mengintip dari matanya yang mulai terbuka kecil. Dilihatnya, ruang keluarga yang kini terang benderang oleh lampu hias. Telepon nirkabel di atas meja dan remote yang tertinggal di atas sofa. Televisi mati, sofa masih berada pada tempatnya. Tidak ada yang aneh, semuanya sama sejak ia tinggalkan tadi.

Bicara sama, bahkan sosok wanita misterius itu masih berada di sana, di jendela, memunggunginya. Tidak ada yang aneh, tidak ada sama sekali.

Althea bersyukur jauh di dalam batinnya. Ia lantas kembali ke lantai dua, setelah mematikan perangkat listrik di sana sekali lagi. Kali ini hujan dan guntur masih kerap besahut-sahutan, namun Thea bisa tenang dan tertidur lelap.

.

.

Yuri datang keesokan harinya dengan kedua orang tuanya. Gadis itu berteriak kencang begitu ia menjejakkan kaki di pelataran rumahnya. Althea tadinya sempat tidak percaya, namun ia memang tengah menyaksikan Pomeranian milik Yuri sudah tercincang tidak beraturan di teras rumah. Bau amisnya menyerang kemana-mana.

“Aku bersumpah! Aku tidak tahu siapa yang melakukan ini!”

Thea berulang kali meyakinkan Yuri. Namun Yuri nampaknya sangat terpukul. Ia berulang kali mengelus dadanya dan menangis tersedu-sedu setelah kehilangan anjing kesayangannya dengan tragis.

“Aku hanya… Oke, aku mendengarnya menggonggong tadi malam. Kupikir itu karena guntur dan aku membiarkannya. Tidak ada hal aneh di sini,” Althea berusaha meyakinkan Yuri yang masih di ambang kesenduan. Lantas Thea menghentikkan kalimatnya. Ia berpikir sejenak, kemudian kembali bersuara lewat sebuah kalimat nanar, “ya kecuali…”

“Apa?” Yuri menyahut. “Kecuali apa? Apa ada yang belum kau ceritakan padaku? Katakan.” Desaknya.

Althea tidak tahu harus memulainya dari mana. Jadi ia terpaksa menceritakannya sejak aktivitas meneleponnya dengan Leo. Gadis itu berbicara pada Yuri soal kaca jendela di mana ia melihat sosok wanita misterius yang memunggunginya dan tidak pernah bergerak. Kemudian soal anjing yang menggonggong juga suara derit dan decit di ruang keluarga.

Yuri menyimaknya dengan seksama. Di akhir cerita, gadis itu memeluk Thea dan menangis tersedu-sedu.

Jesus!” Seru Yuri di tengah pekik tangisannya. “Untunglah kau selamat.”

Althea mengerutkan keningnya dalam dua baris horisontal. Ketika Yuri melepaskan pelukannya, gadis itu bertanya. “Kenapa kau bersyukur atas keselamatanku?”

“Thea…” Yuri menatapnya lurus, seolah yang dibicarakannya akan mengubah dunia. Iris matanya menyiratkan rasa syukur berlebihan atas sesuatu, dan hal tersebut mengundang rasa penasaran Thea lebih jauh lagi.

Namun ketika Yuri melanjutkan kalimatnya, Thea mendadak lemas. Rasa syukur berlebihan milik Yuri kini menyerang dirinya tiba-tiba. Thea merinding dan menangis saat itu juga. Mungkin saat itu Thea merasa sangat beruntung, benar-benar beruntung.

“Thea, yang kau lihat mungkin pembunuh yang tengah berkeliaran di daerah ini. Dan ketahuilah, aku tidak memiliki jendela di ruang keluarga. Aku hanya memasang cermin di sana.”

.

.

fin


 

HEHEHE SISTERHOOD FIC PERTAMAKU!

Dan mungkin ini FF Horror keduaku setelah 23.

Ya semoga ini memenuhi ekspektasi ya. Ditunggu review-nya. Thanks a lot ❤

Nyun

47 tanggapan untuk “[Vignette] Window

  1. AAAAA creepy story ini begini yaaa?! *apasih
    seru kaaaak XD aku kira itu cuman halusinasi si Thea aja, ternyata WeOWe CERMIN 0.0
    gak kebayang rasanya kalau jadi Thea XD
    good story kaknyuun ^^

  2. Aaahhh kaknyun mah
    Sukses deh buat aku merinding
    Itu nyeremin deh, itu ceweknya nyeremin ya, terus anjingnya kasian juga tercincang cincang.
    Pokoknya horror, bakalan ditunggu karya lainnya.
    Termasuk eodini mwohaninya ya kaknyun, hehe 😀

  3. Aku baca ini malem-malem nyuuunnn creepyyy! Cermin berarti si murder sebenernya sudah ada di dalam rumah? Ah meskipun ini bukan riddle kamu masih tetap menyisakan teka-teki.
    Nice, Nyun!

  4. Aaaaaaa horor nih kak nyun, insom jam segini niatan ngibur diri baca ff kak nyun malah merinding tak karuan baca ff ini. Cuma masang suhu sedang berasa dingin banget jadinya. Heuh apapun itu kalo kak nyun emang selalu wow. Gabakal ketebak sampe akhir dan insom berkepanjangan plus parno banget -_- ini lebih horor dari kasus pembunuhan, berasa ada di posisi althea.

  5. Huaaaa….
    Kak nyun, aku pikir hantu gitu pas anjing nya mengongong eh ternyata bukan >< sempat merinding dikit pas baca endingnya duh ternyata cermin… Orangnya ada di dlm rumah ternyata, tp ngapain cuman duduk diem aja? Langsung bacok aja gt kan seru muehehehe

  6. Aku masih gak ngerti #plakk
    Tapi ceritanya bgus kak nyun .. Ditunggu ff kak nyun selanjutnya ^^

  7. Ini sereeeemm bangeet kak . Gara2 serius baca ini , sampe ibu manggil aja kaget setengah mati . Duuuhh gileeee

    Althea lagilagii dapet pengalaman misterius yaaaa . Yampuun ..

    Keren kaaak keren ..

  8. Aiiissh, salah besar ini baca beginian di jam2 segini.. brarti nti tdr hrs dgn lampu menyala.. *oke ini berlebihan

    ehh ehh tp aku msh agak bingung deh kanyuun.. di cerita kan di blg klo thea ngeliat perempuan yg memunggungi rmh yuri dr jendela tmpt dia nntn tv di ruang keluarga.. trus di akhir cerita yuri blg klo di ruang keluargany g ad jendela.. adany cm cermin.. jd pembunuh itu sbnrny ada di dlm rmh dong? Atau enggak sbnrny itu perempuan makhluk tak kasat mata y asliny? Alias hantu.. omoo!!!! Trus kira2 kpn anjing yuri dibunuhny?
    Aku sih g akan berani di rmh sebesar itu sndrian, thea hebaat! Dia sering dpt pengalaman aneeh2 pasti gr2 jd adikny si leo deeh.. #loh *gaknyambung

    Creepy bgt kanyuun, sampe merinding bnran ini.. hikshiks.. salut kanyun bs buat ff seseram ini, tp jgn sering2 y.. bikin stress yg baca, udah cukup dgn hadirny riddle2 darimuu.. hahaha..

    Okee, ditunggu ff lainny dikeluarin y.. #puppyeyes bln puasa kyany mendatangkan bnyk ilham nih.. keep writing kanyun!

    1. Aku juga bingung disitu, itu maksudnya pembunuhnya itu di dalam rumah ? Atau itu mungkin bayangan dia thea sdri?

  9. kaknyun, hayo tanggung jawab. aku jadi insom gini, atuut. suasana pun mendukung ‘3 ..
    yuri gak punya jendela. jadi, wanita yang dimaksud thea itu sebenernya udah ada didalem rumah yuri dari awal? ..
    untung korbannya bukan thea ya….
    ditunggu creepy story lainnya kak 🙂

  10. Aq merinding…
    Untung thea g apa2i itu pembunuh br g dibunuh..
    Dtgu ff selanjutx 😀
    Sm ff yg on going 😀
    Fightinggg!!!!!

  11. Huua g nyangka klo rumahnya yuri g ada jendelanya d ruang keluarga dan cuma cermin..trus siapa dunk yg d liad thea..hmmm
    Tragis bnget yaa anjingnya yuri bisa d bunuh keji gtu ma tu pembunuh… -,-
    Keren nyun ff horor nya… ^^

  12. hai kak nyun setelah lama ga buka blog kakak, trs tadi ke ifk dan nyasar kesini dan BACA INI. demi jari lentik baekhyun kak! aku ga mau lagi baca beginian sendirian di kamar. masalahnya tempat tidurku menghadap jendela. dan kakak tau? kakak sukses bikin aku ketakutan dan nyaris teriak kalau ga inget ada nenek juga dikamar. oke kak seperti biasa makin oke aja nih gaya tulis dkk nya.udah ah ga banyak komentar lagi. dah kanyunn.
    salam cinta ala cabe : bubibubaek

  13. Halo eonni~
    walaupun aku bacanya ketika matahari mulai menampakkan diri, tetep aja ini ceritanya sukses bikin kakiku jadi sedingin es -kebiasaan kalo lagi takut-
    haduh, itu kalo aku jadi thea mungkin udah pingsan kali yaa. sumpah serem banget….
    aku jadi ngerti maksud summary’a,, ya jelas aja gak basah, orang dia ada didalem rumah. tapi kok dia diem aja ya,, kalo dia emang pembunuh kenapa gak bunuh thea langsung. ..
    yaa pokoknya alhamdulillah thea selamat,,
    keep writing ya eonni,, ditunggu ceritanya yang lainnya^^

  14. KAKNYUN!!!! 😥 aku takut banget setelah baca ff ini TT TT
    Terutama setelah baca pernyataan Yuri tentang jendela yang sebenarnya kaca TT TT
    Syukurlah Thea selamat TT TT
    Tapi, kenapa perempuan itu nggak membunuh Thea???

  15. Astaga…..yuri…-_-dikirain itu jendela ternyata cermin astaga…
    Ternyata itu jalan berhantu ih oke oke tau tau wkkwk

  16. Kaknyuuunn… knapa kaka daebak bgt bikin ff dengan berbagai genre???
    ahh gak tau dh mau komen apa, kerennnn….

  17. Halo kak nyun 😀 aku nyasar ke sini (?)
    yess cerita lain dr althea, ntah kenapa demen >< aku suka gaya nulis kakak hehe, trus masih bingung ke mana pembunuhnya lari

  18. aaaaaaaaaa merinding siang2 gini..
    Ceritanya serem banget
    Jadi kalau g ada jendela yang dicermin pantulan dari mana?

  19. Bagus banget ni kak! Ceritanya keren, feel ketakutannya itu dapat banget, aku kiranya critanya dibuat jdi kakak kembar Yuri gtu, msi punya penyesalan di rumah itu XD
    Ternyata pencurinya.
    Good job (y)

  20. HAHAHA Althea masih kesel ya sama Leo, eh tumben si Leo gak ngerjain si Althea lagi?
    Eww, kak sebentar. Cermin? tapi kan yang dilihat sama Althea tanah basa, wanita berambut pendek, memunggunginya? jadi orang itu sebenarnya di dalam rumah? dan apa motof dia melakukan hal itu? terlebih lagi mencincang anjing kesayangan Yuri?
    Dan kok bisa secepat itu menghilang? dan mempermainkan Althea dalam kegelapan?
    Sebentar? kenapa Althea juga gak dibunuh skalian? ini horror bgt ya

  21. Kak…
    Amazing…
    Merinding dapat feel dan berasa seperti diri sendiri di sana…
    Untung aja Theanya selamat…..

    Keren Kak…
    Kak Nyun selalu TOP

  22. Ya ampun sumprit deh kak aku sengaja baca FF kakak di siang bolong begini, soalnya aku baca di mentionan Twitter kakak, itu serem banget… Eh tapi ternyata salah, aku baca di siang bolong begini masih kerasa aja seremnya TT.TT aku jadi takut liat Jendela, haaaaaaaaaaaaah jendela di rumah aku banyak banget lagi :3 ya walapun itu cermin di cerita ini, cuma… Kalo di jendela aku ada begituan gimana??? Hiiiiiiiiii ceyem abiiisssssssss
    Kakak emang keren banget bikin serem serem kek gini… Keren banget kak nyun
    BETTY.

  23. aku bcanya sore tp tetep aja serem -3-
    Tp masih ada yg membingungkan/? Pas athea nelpon leo tuh pke ponsel ato telepon nirkabel soalnxa td ada kata “thea menjauhkan ponsel dri telinganxa” sama “gadis itu menyimpan gagang telepon nirkabelnya di atas meja kaca” itu aja sih slanjutnya mah merinding….

    1. Oya aku lupa ngedit yg itu. tadinya ponsel cuma ga lucu aja kalau pake ponsel telpon di ruang keluarga sementara (biasanya) kalau di rumah besar kan ada telepon nirkabel gitu. jadi aku ganti ke telepon nirkabel. itu yg ponsel rupanya ketinggalan gak kuedit

Ain't a selfie, don't just look, write something

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.